*Makna Santri ح ر ت م Ciri Khas Bahrul Ulum*
Jombang, formabu.or.id - Pada acara Refleksi HARLAH FORMABU (Forum Mahasiswa Alumni Bahrul Ulum) yang ke-7 pada tanggal 25 bulan Juni kemarin, menjelang doa saya mengutarakan beberapa kalimat. Entah itu bentuknya motivasi, ajakan, bahan kontemplasi atau apapun silahkan jenengan labeli sendiri-sendiri.
Saya memiliki keyakinan susunan huruf Hijaiyah di menara Masjid Jami' Tambakberas bukan hanya bermakna حر تم yang mafhum dimaknai dengan "kemerdekaan yang sempurna". Saya pribadi menebak jika huruf-huruf tersebut bukan hanya berarti itu. Ada semacam misteri yang ditinggalkan oleh KH. Chasbullah Said abah KH. Wahab Chasbullah ketika mendirikan menara tersebut.
Saya meyakini ada pesan tersirat dari huruf-huruf tersebut. Apalagi sering dikisahkan jika Kyai Chasbullah mendapat ilham huruf-huruf tersebut dari hasil riyadhah. Jelas ada makna emas lain yang bisa digali dari itu. Jika hal tersebut dilakukan oleh santri akan menuntunnya menuju kemerdekaan yang sempurna seperti yang diharapkan. Lantas apa makna lain di balik huruf-huruf itu?
Izinkan saya secara pribadi mentakwili rangkaian huruf yang ada di menara simbol ikon pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Mudah-mudahan bermanfaat bagi siapa saja yang mendaku dirinya berstatus santri.
Huruf pertama adalah ( ح ) yang mempunyai arti حركة/Harakah yang artinya adalah pergerakan. Sebagai santri kita harus terus bergerak. Bergerak terus memanfaatkan ilmu kita di tengah-tengah masyarakat. Suri tauladan dari para masyayikh yang tertulis dengan tinta emas pada sejarah biografinya selalu mengajarkan kepada kita: umat harus dikancani! yang tidak tahu diberitahu; yang "luncak" diajari bagaimana cara bersikap dengan akhlak bagus. Teruslah bergerak dalam kebermanfaatan di setiap langkah kehidupan yang telah kita pilih.
Selanjutnya yakni huruf kedua yaitu ( ر ) yang mempunyai arti Riyadhah, biasanya diartikan tirakat untuk melatih diri sendiri. Kata lain yang semakna dengan riyadhah adalah mujahadah, olah jiwa. Pergerakan yang kita lakukan harus diniati riyadhah atau nirakati pribadi kita masing-masing. Jadi meskipun masuk dalam organisasi bukan ego sentris yang dimunculkan, tetapi kemaslahatan yang menjadi tujuan utama.
Lanjut huruf yang ketiga yaitu ( ت ) yang mempunyai arti تبرك/ngalap berkah. Selamanya kita adalah santri, meski tidak lagi mukim si pondok pesantren kita sejatinya bukan alumni, karena keterpautan batin antara guru dan murid tidak bisa disekat-dipisah dengan dimensi ruang. Menghidupi organisasi berbasis alumni suatu pesantren adalah kesempatan kita terus ngalap berkah pada para muassis dan masyayikh. Harapannya agar ilmu yang kita dapatkan ini mudah-mudahan bermanfaat, terutama bagi diri sendiri.
Berproses di organisasi jangan sampai hati dan kaki kita tergelincir pada transaksional. Memanfaatkan nama besar almamater/nama organisasi hanya untuk keuntungan dan kepentingan pribadi.
Dan yang terakhir adalah huruf ( م ) pertama mempunyai arti musyawarah. Musyawarah adalah hal mendasar pada sebuah organisasi. Saking pentingnya musyawarah ini, sejak di pesantren kita disediakan kelas Syawir, Bahtsul Masail dan sejenisnya. Agar apa, kita bisa bertanggung jawab dengan apa yang kita yakini, dihadapkan kepada banyak orang, dan diskusipun terjadi.
Jika seseorang gemar bermusyawarah dia akan menjadi sosok yang terbuka, bukan menjadi benalu, menggerogoti dari dalam dengan muka manis tapi hanya bertujuan merusak. Dan yang terakhir arti huruf ( م ) kedua adalah muwajahah atau berani menghadapi orang.
Pertanyaan terakhir, masihkah nama guru-guru kita tersebut dalam rangkaian dzikir tawasul kita? Karena dari hal inilah keterpautan hati kita terjaga antara guru dan murid.
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.
Sadarlah hatinya,
Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya.
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg'riku yang kucinta!
Wallahua'lam
Salam Salim
0 Komentar